RSS

Tekhnik Disiplin untuk Arsya (Part 2)

Kali ini papa mau menyelesaikan hutang papa yang belum terselesaikan. Kita akan ngebahas tehnik disiplin lagi ya. Buat yang belum baca edisi pertamanya, dicari-cari dulu edisi pertamanya biar nyambung dari awal pembahasan.

Tehnik Disiplin ini papa dapet ilmunya dari Psikolog anak dan sampai saat ini papa dan mama masih terus mempraktekannya ke kamu nak. Apakah sudah sempurna? belum nak, papa dan mama masih teruuusss belajar.

Klo di edisi pertama kita bahas tentang pujian, kali ini Tehnik Disiplin kedua adalah ABAIKAN. Langsung aja ya kita mulai pembahasannya.

Abaikan ini sebenernya baik loh sebagai salah satu tehnik disiplin, karena mengarahkan perhatian hanya kepada perilaku yang baik dan bisa mengurangi resiko meledaknya kemarahan papa dan mama dalam mendidik kamu. Abaikan ini biasanya papa gunakan sebelum papa atau mama menghukum kamu, malahan mungkin menurut papa sih kurang ok juga kalo perilaku buruk langsung dihukum.

Prinsip penting dari Tehnik Abaikan ini adalah Law Of Effect , maksudnya respon yang bisa memberikan hasil yang memuaskan akan cenderung diulangi, sementara respon yang memberikan hasil yang tidak menyenangkan atau tidak memuaskan akan cenderung dikurangi atau dihilangkan. Nah untuk bisa melakukan Tehnik Abaikan ini, papa dan mama udah harus bisa menguasai Tehnik Pujian (buat yang belum baca dicari ya edisi sebelumnya) karena tanpa tehnik pujian yang baik, biasanya kurang berhasil tapi kombinasinya tepat  kemungkinan berhasilnya akan sesuai.

Papa dan mama sih berusaha untuk menghindari memberi hukuman ke kamu, karena papa dan mama sih berkeyakinan dengan menggunakan 2 tehnik disiplin ini sudah bisa mengurangi banyak perilaku buruk kamu, dan hal yang terpenting dalam tehnik abaikan ini adalah papa dan mama bukan mau mengabaikan kamu nak, tapi mengabaikan perilaku kamu, terutama perilaku yang mengganggu.

Nah Tehnik Abaikan ini sih biasanya papa dan mama gunakan untuk perilaku2 kamu yang mengganggu, tapi tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain. Papa kasih contoh nih misalnya ngomong jorok, rewel (rewel disini bukan karena capek, ngantuk, lapar, haus, sakit, bosan ya), teriak-teriak, membantah, nempel sama papa dan mama, dll.

Papa ambil contoh ya misalnya ngomong jorok (karena terkadang kamu bisa mendapatkan kata-kata "ajaib" ini nak sehabis bermain dengan lingkungan). Oke biar papa ga harus ngasih contoh kata jorok itu beneran, papa ganti aja ya kata-kata jorok itu dengan sebutan 'kelinci'.

Pertama, saat kamu ngomong 'kelinci', udah deh tuh langsung papa hilangin kontak mata dengan kamu atau mengarahkan pandangan ke orang atau benda lain. Papa berusaha langsung melakukan kegiatan lain kaya baca koran, main hp, atau pura-pura ga denger.

Yang Kedua, misalnya kamu ngomong 'kelinci', nah papa bisa aja pura-pura denger kata lain (Kamu: Kelinci, Papa: Kamu mau nyuci?, Kamu: kelinci, Papa: Oh orang suci :-p)

Yang ketiga misalnya kamu ngomong 'kelinci', nah papa berusaha memperlihatkan wajah yang tenang-cuek-netral, bukan wajah yang jengkel/marah walaupun sebetulnya emosi papa bisa saja sedang marah. Klo memang sedang marah papa biasanya melakukan relaksasi (caranya macem2 ya). Tapi cara ketiga ini sih sering kebobolan juga, klo papa emosinya lg ga stabil ya suka kadang-kadang marah sama kamu nak.

Nah saat kamu sudah mulai mengubah perilaku jadi lebih oke, MOMEN PENTING langsung papa beri pujian, contoh : saat kamu sudah tidak ngomong 'kelinci' tapi ngomong 'ayam' dan menurut papa kata 'ayam' lebih oke, maka langsung lakukan tehnik pujian, "Nah, kita obrolin 'ayam' aja yuk. Papa seneng deh kita ngobrolin 'ayam'".  Karena kalo moment ini terlewat bisa sia-sia tekhnik abaikan ini. Karena bisa dianggap papa mengabaikan kamu nak, padahal kan yang paling penting mengabaikan perilakunya. Bisa jadi kamu malah merasa sia-sia mengubah perilaku menjadi baik dan kembali melakukan hal buruk lainnya.Tapi, klo perilaku baik segera di beri pujian, maka kamu bisa langsung tahu perilaku mana yang dapat perhatian dan lebih baik dipertahankan dan mana perilaku yang tidak dapat perhatian, Ingat-ingat law of effect diatas ya.

Memarahi atau menghukum anak itu juga bentuk perhatian loh, tapi Negatif. Bahkan banyak anak lebih suka dihukum daripada dicuekin padahal hukuman itu lebih banyak memberi dampak yang negatif. Dengan tehnik abaikan ini, papa sih berharap agar kamu nak bisa belajar fokus pada perilaku yang diharapkan. Misal saat kamu menggambar sambil ngomong jorok, maka papa harus memberi pujian pada perilaku menggambarnya, sementara abaikan ngomong joroknya. Harus diperjelas mana pujian dan mana yang di abaikan agar kamu lebih suka mengulangi perilaku yang diberi perhatian positif.

Udah kepanjangan kayanya nih nak, nanti papa sambung lagi ya. Masih banyak  kok tehnik disiplin untuk kamu. Mudah-mudahan kelak bisa berguna buat orang tua yang lain juga.

Nah sebagai penutup, papa mau kasih foto2 adik kamu nih. Namanya Raisya, kapan-kapan papa ceritain tentang dia.










Mulanya begini...

Ini cuma sekedar iseng2 doang nulis di blog ini, daripada dibilang blog ini udah kaya kuburan jaaarraaaannggg banget diupdate. Bahkan untuk cerita anak kedua di blog ini aja belum ada. 

Baiklah kita mulai aja, cerita kali ini di buat gara-gara di TV Nasional ditayangin pernikahan selebritis dari malam midodareni, akad nikah sampai akhirnya pesta resepsi. Belum lagi tayangan2 infotainment yang masih terus menayangkan tentang ke dua artis tersebut.

Ah kan jadinya papa juga kepengen nak berandai-andai seandainya pertemuan papa dan mama dulu diliput oleh infotainment dan disiarkan di jaringan TV nasional. 

Tp tenang nak, walaupun tidak diliput oleh tv nasioanal papa sudah menuliskan awal pertemuan papa dan mama dan akan papa posting ulang di blog ini.

Tulisan ini pernah di publikasikan di note facebook 28 Maret 2010, sengaja dipublish kembali

Akhirnya gw jatuh cinta lagi hari ini. Setelah sekian lama rasa itu ga pernah hadir dalam diri gw. Aahhh kalian penasaran? Jadi begini ceritanya para pemirsa sekalian he..he..

Gw emang baru kenal sama dia beberapa minggu yg lalu, tp niat utk serius dengannya udah hadir saat pertama kali gw ketemu dengannya. Gw inget sama wejangan yang dikasih sama sahabat gw, katanya wanita itu meletakkan hatinya di palung lautan yang paling dalem, jadi klo gw ingin mndapatkan hatinya maka gw harus berenang hingga ke palung yang terdalam. Klo gw ga bisa berenang apalagi berenangnya Cuma setengah2 mndingan ga usah. Dan salah satu untuk mncapai dasar terdalam adalah dengan berkunjung kerumahnya dan bertemu dengan kedua orang tuanya.

Akhirnya gw memutuskan untuk berkunjung kerumahnya hari ini dengan niat berkenalan dengan orang tuanya. Udah dari semalem gw ga bisa tidur, dada berdebar tak teratur, dan entah perasaan apa yang menyelusup menjalari seluruh kapiler rasa di tubuh gw; malam ini kayanya panjaannnggggg banget, rasanya gw ingin segera melewati malam ini.”

Lalu, waktu dan tempat pun kita tentukan. Perjalanan satu jam seperti tiga jam. Ingin segera sampai ke tepat tujuan.

Akhirnya tibalah gw ditempat yang telah ditentukan. Menunggu tiba-tiba jadi saat-saat yang menyenangkan. Pori-pori kulit serasa bergetar, ultraviolet matahari meresap. Tapi tak lagi panas. Apa gerangan arti menunggu, misteri waktu, mendung, debu-debu bertebaran, suara bising kendaraan,, pohon-pohon yang kian ranggas dan orang-orang yang makin tak peduli pada orang lain di sekitarnya? Saat itu gw ga mengingat pertanyaan-pertanyaan macam itu. Gw gak ingin peduli pada persoalan-persoalan semacam itu. Gw cma ingin bernyanyi dalam hati, dan terus menunggu. 

Lalu...

Dari jauh, dia datang mendekat. Berjalan perlahan-lahan. Membuat gw menghitung langkah-langkahnya. Sepuluh lagi, tujuh, tiga, dan ketika dia sudah di hadapan mata, tiba-tiba gw jadi lelaki pengecut yang kikuk tujuh keliling.

Dan dia tersenyum. Oh tuhan, cantik sekali dia, dengan busana casual putihnya. Hati gw berdegup kencang bak derap kaki kuda pacuan.Detik itu.Menit itu.Momentum itu pengen rasanya gw buat beku.


Singkat cerita, bertemulah gw dengan orang tuanya. Setelah sejumlah obrolan dalam kategori “partai tambahan” dengan orang tuanya. Dari rumahnya , akhirnya kami memutuskan kesuatu tempat. Di tempat itulah akhirnya gw mengucapkan tiga kata penting yang gw ucapkan pada dirinya, “Aku sayang kamu.” . ahhh dia mulai tersenyum lg. 

Duuhhh, jangan senyum-senyum begitu, gw ga kuat mnatap senyumanmu. Pokoknya kacau banget situasi gw ketika itu. Napas gw jadi agak tertahan, dada gw berdebar-debar, mungkin seperti dada para finalis kontes pencarian bakat di malam result show. 
Diam bagai batu. Mencoba mngaduk-ngaduk perasaan gw.
Tapi, ternyata dia bukan batu. Beberapa saat kemudian, ia tak sanggup lagi menahan senyumnya. Ternyata perasaannya sama dengan perasaanku.
Huff syukurlah..

Setelah itu, mungkin kalian pernah merasakannya. Dunia tiba-tiba jadi jingga dan bunga-bunga mulai mekar, daun-daun jatuh. Lalu, orang-orang yang tadinya tak melakukan apa-apa di sekeliling kita tiba-tiba tersihir petikan gitar dan bunyi syimbal dua a. Lalu drum ditabuh. Dan mereka bergerak dalam irama yang sama. Hentakan kaki yang sama. Liukan badan yang sama. Sisanya? Kalian tahulah: aku tiba-tiba jadi seperti sang Pangeran dan perempuan di hadapanku mengerling dengan maskara tebal khas Sri Devi. 

Dan episode yang lain dari kisah Adam dan Hawa dimulai di sebuah restoran di mall itu.

Cheers..