RSS

Mulanya begini...

Ini cuma sekedar iseng2 doang nulis di blog ini, daripada dibilang blog ini udah kaya kuburan jaaarraaaannggg banget diupdate. Bahkan untuk cerita anak kedua di blog ini aja belum ada. 

Baiklah kita mulai aja, cerita kali ini di buat gara-gara di TV Nasional ditayangin pernikahan selebritis dari malam midodareni, akad nikah sampai akhirnya pesta resepsi. Belum lagi tayangan2 infotainment yang masih terus menayangkan tentang ke dua artis tersebut.

Ah kan jadinya papa juga kepengen nak berandai-andai seandainya pertemuan papa dan mama dulu diliput oleh infotainment dan disiarkan di jaringan TV nasional. 

Tp tenang nak, walaupun tidak diliput oleh tv nasioanal papa sudah menuliskan awal pertemuan papa dan mama dan akan papa posting ulang di blog ini.

Tulisan ini pernah di publikasikan di note facebook 28 Maret 2010, sengaja dipublish kembali

Akhirnya gw jatuh cinta lagi hari ini. Setelah sekian lama rasa itu ga pernah hadir dalam diri gw. Aahhh kalian penasaran? Jadi begini ceritanya para pemirsa sekalian he..he..

Gw emang baru kenal sama dia beberapa minggu yg lalu, tp niat utk serius dengannya udah hadir saat pertama kali gw ketemu dengannya. Gw inget sama wejangan yang dikasih sama sahabat gw, katanya wanita itu meletakkan hatinya di palung lautan yang paling dalem, jadi klo gw ingin mndapatkan hatinya maka gw harus berenang hingga ke palung yang terdalam. Klo gw ga bisa berenang apalagi berenangnya Cuma setengah2 mndingan ga usah. Dan salah satu untuk mncapai dasar terdalam adalah dengan berkunjung kerumahnya dan bertemu dengan kedua orang tuanya.

Akhirnya gw memutuskan untuk berkunjung kerumahnya hari ini dengan niat berkenalan dengan orang tuanya. Udah dari semalem gw ga bisa tidur, dada berdebar tak teratur, dan entah perasaan apa yang menyelusup menjalari seluruh kapiler rasa di tubuh gw; malam ini kayanya panjaannnggggg banget, rasanya gw ingin segera melewati malam ini.”

Lalu, waktu dan tempat pun kita tentukan. Perjalanan satu jam seperti tiga jam. Ingin segera sampai ke tepat tujuan.

Akhirnya tibalah gw ditempat yang telah ditentukan. Menunggu tiba-tiba jadi saat-saat yang menyenangkan. Pori-pori kulit serasa bergetar, ultraviolet matahari meresap. Tapi tak lagi panas. Apa gerangan arti menunggu, misteri waktu, mendung, debu-debu bertebaran, suara bising kendaraan,, pohon-pohon yang kian ranggas dan orang-orang yang makin tak peduli pada orang lain di sekitarnya? Saat itu gw ga mengingat pertanyaan-pertanyaan macam itu. Gw gak ingin peduli pada persoalan-persoalan semacam itu. Gw cma ingin bernyanyi dalam hati, dan terus menunggu. 

Lalu...

Dari jauh, dia datang mendekat. Berjalan perlahan-lahan. Membuat gw menghitung langkah-langkahnya. Sepuluh lagi, tujuh, tiga, dan ketika dia sudah di hadapan mata, tiba-tiba gw jadi lelaki pengecut yang kikuk tujuh keliling.

Dan dia tersenyum. Oh tuhan, cantik sekali dia, dengan busana casual putihnya. Hati gw berdegup kencang bak derap kaki kuda pacuan.Detik itu.Menit itu.Momentum itu pengen rasanya gw buat beku.


Singkat cerita, bertemulah gw dengan orang tuanya. Setelah sejumlah obrolan dalam kategori “partai tambahan” dengan orang tuanya. Dari rumahnya , akhirnya kami memutuskan kesuatu tempat. Di tempat itulah akhirnya gw mengucapkan tiga kata penting yang gw ucapkan pada dirinya, “Aku sayang kamu.” . ahhh dia mulai tersenyum lg. 

Duuhhh, jangan senyum-senyum begitu, gw ga kuat mnatap senyumanmu. Pokoknya kacau banget situasi gw ketika itu. Napas gw jadi agak tertahan, dada gw berdebar-debar, mungkin seperti dada para finalis kontes pencarian bakat di malam result show. 
Diam bagai batu. Mencoba mngaduk-ngaduk perasaan gw.
Tapi, ternyata dia bukan batu. Beberapa saat kemudian, ia tak sanggup lagi menahan senyumnya. Ternyata perasaannya sama dengan perasaanku.
Huff syukurlah..

Setelah itu, mungkin kalian pernah merasakannya. Dunia tiba-tiba jadi jingga dan bunga-bunga mulai mekar, daun-daun jatuh. Lalu, orang-orang yang tadinya tak melakukan apa-apa di sekeliling kita tiba-tiba tersihir petikan gitar dan bunyi syimbal dua a. Lalu drum ditabuh. Dan mereka bergerak dalam irama yang sama. Hentakan kaki yang sama. Liukan badan yang sama. Sisanya? Kalian tahulah: aku tiba-tiba jadi seperti sang Pangeran dan perempuan di hadapanku mengerling dengan maskara tebal khas Sri Devi. 

Dan episode yang lain dari kisah Adam dan Hawa dimulai di sebuah restoran di mall itu.

Cheers..  

0 komentar: